• Tentang
  • Kirim Artikel
Jelajah Pendaki Indonesia
  • Beranda
  • Cerita Pendakian
    Puncak Gunung Bismo Jalur Sikunang. Foto Tri Umami (@uucil_)

    Sikunang, Jalur Tercepat dan Termudah Gunung Bismo

    puncak gunung arjuno

    Mendaki Gunung Arjuno via Lawang

    pendakian gunung andong

    Pendakian Santai ke Puncak Gunung Andong

    gunung ciremai jalur apuy

    Menggapai Puncak Majakuning via Apuy

    gunung-sesean

    Mendaki Gunung Sesean, Puncak Tertinggi Toraja

    papandayan

    Papandayan dan Pelajaran untuk Lebih Bijak Memilih Teman Pendakian

    Trending Tags

    • gunung kembang
    • gunung kencana
    • gunung padang
    • gunung slamet
    • gunung sumbing
    • rinjani
  • Logistik
    Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

    Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

    kebersihan pendakian

    Kebersihan Pendakian

    pendakian gunung slamet

    Pendakian: Ketika Nyawa dan Lingkungan Jadi Taruhan

    gunung singgalang

    Telaga Dewi, Danau Memukau di Areal Puncak Gunung Singgalang

    mendak gunung latimojong

    Rute Pendakian Gunung Latimojong via Dusun Karangan

    pendakian gunung sindoro via ndoro arum

    Rute Pendakian Gunung Sindoro via Ndoro Arum

  • Acara
    Surili 2019

    Surili 2019, Mengkaji Biodiversitas Tanah Sumba

    Gathering Bushcraft Indonesia: What you Bring, You Think and Do

    Gathering Bushcraft Indonesia: What you Bring, You Think and Do

    try out 2 ekspedisi soedirman

    6 Calon Atlet Ekspedisi Soedirman VII Kembali Menapakkan Kaki di Atap Jawa Tengah

    runforiver 2018

    Tunjukkan Kepedulianmu pada Sungai Ciliwung dengan Berlari di “RunForiver Mapala UI Half Marathon 2018”

    Usai Try Out 1, Tim Ekspedisi Soedirman Makin Dekat ke Aconcagua

    Usai Try Out 1, Tim Ekspedisi Soedirman Makin Dekat ke Aconcagua

    pesona lomba desain shelter 2018

    Berani Ikut Pesona Lomba Desain Shelter 2018?

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Cerita Pendakian
    Puncak Gunung Bismo Jalur Sikunang. Foto Tri Umami (@uucil_)

    Sikunang, Jalur Tercepat dan Termudah Gunung Bismo

    puncak gunung arjuno

    Mendaki Gunung Arjuno via Lawang

    pendakian gunung andong

    Pendakian Santai ke Puncak Gunung Andong

    gunung ciremai jalur apuy

    Menggapai Puncak Majakuning via Apuy

    gunung-sesean

    Mendaki Gunung Sesean, Puncak Tertinggi Toraja

    papandayan

    Papandayan dan Pelajaran untuk Lebih Bijak Memilih Teman Pendakian

    Trending Tags

    • gunung kembang
    • gunung kencana
    • gunung padang
    • gunung slamet
    • gunung sumbing
    • rinjani
  • Logistik
    Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

    Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

    kebersihan pendakian

    Kebersihan Pendakian

    pendakian gunung slamet

    Pendakian: Ketika Nyawa dan Lingkungan Jadi Taruhan

    gunung singgalang

    Telaga Dewi, Danau Memukau di Areal Puncak Gunung Singgalang

    mendak gunung latimojong

    Rute Pendakian Gunung Latimojong via Dusun Karangan

    pendakian gunung sindoro via ndoro arum

    Rute Pendakian Gunung Sindoro via Ndoro Arum

  • Acara
    Surili 2019

    Surili 2019, Mengkaji Biodiversitas Tanah Sumba

    Gathering Bushcraft Indonesia: What you Bring, You Think and Do

    Gathering Bushcraft Indonesia: What you Bring, You Think and Do

    try out 2 ekspedisi soedirman

    6 Calon Atlet Ekspedisi Soedirman VII Kembali Menapakkan Kaki di Atap Jawa Tengah

    runforiver 2018

    Tunjukkan Kepedulianmu pada Sungai Ciliwung dengan Berlari di “RunForiver Mapala UI Half Marathon 2018”

    Usai Try Out 1, Tim Ekspedisi Soedirman Makin Dekat ke Aconcagua

    Usai Try Out 1, Tim Ekspedisi Soedirman Makin Dekat ke Aconcagua

    pesona lomba desain shelter 2018

    Berani Ikut Pesona Lomba Desain Shelter 2018?

No Result
View All Result
Jelajah Pendaki Indonesia
No Result
View All Result

Pendakian Menuju Puncak Gunung Rinjani

Nur Widya Ningrum by Nur Widya Ningrum
Juni 19, 2018
in Cerita Pendakian
0
gunung rinjani
68
SHARES
2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pagi itu, Kamis, 4 Mei 2016, cuaca cerah berbalut udara segar menyelimuti base camp pendakian Sembalun. Sinar mentari dari ufuk timur terlihat sudah mulai bertugas, mulai meninggi dan menyilaukan mata. Sejenak aku tertegun menikmati segarnya udara pagi itu, sembari mengemasi peralatan untuk memulai perjalanan.

Meski hari masih pagi, base camp sudah mulai dipadati pendaki yang datang dari berbagai penjuru. Tak ingin ketinggalan, ransel yang ukurannya melebihi tinggi badan segera kusandangkan di bahuku. Ransel itulah yang akan menemani perjalananku menapaki jalur menuju puncak Gunung Rinjani.

gunung rinjani
Perbukitan di Sembalun/Eka Apriyanto

Gunung Rinjani berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan tinggi 3.726 mdpl, banyak objek menarik yang ditawarkan Gunung Rinjani selain puncak, seperti hamparan padang rumput yang luas, Danau Segara Anak, Goa Susu, sumber pemandian air panas, air terjun, dan sepertinya masih banyak lagi yang lainnya.

Ada tiga jalur resmi untuk mencapai puncak Gunung Rinjani, yakni Jalur Sembalun, Senaru, dan Torean. Kami pilih Sembalun, sebab dibandingkan jalur lain Sembalunlah yang paling landai walaupun cukup panjang.

Waktu di arloji saat itu menunjukkan jam sepuluh pagi. Sejenak kami meluangkan waktu untuk berdoa sebelum memulai perjalanan menuju puncak.

Kemudian, perlahan langkah kaki kecilku mulai menyusuri jalan setapak. Gerombolan sapi yang mencari makan terlihat asyik berkeliaran saat kakiku melangkah melewati hamparan padang rumput. Di kejauhan, lambaian daun nyiur bergoyang-goyang ditiup angin seolah sedang memberi salam kepada kami yang sedang bertualang.

Melalui jalan setapak tanpa ujung Gunung Rinjani

Sejauh mata memandang, jalan setapak yang ada di depan seolah tanpa ujung. Puncak Rinjani pun belum terlihat, menandakan perjalanan masih jauh dan panjang.

Tiga jam berjalan menyusuri jalan setapak, akhirnya kami sampai di Pos 1. Waktunya melepas penat untuk meredakan nyeri di bahu yang lama menyandang ransel yang cukup berat. Tak lama-lama di Pos 1, perjalanan pun kemudian kami lanjutkan.

gunung rinjani
Puncak Gunung Rinjani yang tertutup awan/Eka Apriyanto

Padang rumput masih jadi panorama yang mengiringi sepanjang perjalanan saat itu. Dalam perjalanan, kami banyak menjumpai pendaki lain. Ada yang berjalan berombongan seperti kami, ada pula yang didampingi oleh pemandu dan porter yang membawa barang bawaan mereka.

Porter-porter itu seperti tak punya rasa lelah. Padahal barang yang mereka bawa tidaklah sedikit. Mereka membawa barang dengan cara memikulnya di bahu dan berjalan tanpa alas kaki. Sebagian di antara mereka berkulit legam akibat sengatan sinar matahari. Namun, mereka terlihat enak saja berjalan, bahkan jauh di depan mendahului pendaki yang menyewa jasa mereka.

Dari kejauhan, sebuah bangunan kecil mulai tampak. Pos 2. Perlahan kami mendekatinya, kemudian duduk beristirahat di sisi luar bangunan itu. Pos 2 itu penuh sesak oleh pendaki lain yang sudah lebih dulu tiba di sana.

Waktu saat itu baru menunjukkan jam dua siang dan kami memutuskan untuk beristirahat lebih lama di pos itu. Dalam hitungan menit, peralatan memasak pun dikeluarkan. Sejurus kemudian, secangkir kopi hitam terhidang. Lumayan untuk menghangatkan badan yang mulai kedinginan karena kabut mulai turun menyelimut.

Tertidur saat menunggu hujan reda di Pos 2

Tak jauh dari Pos 2 ini ada sumber air yang dimanfaatkan oleh para pendaki untuk mengisi kembali botol minum yang sudah kosong. Namun, hari itu untuk mengisi air kami mesti sedikit bersabar, sebab antrean cukup panjang.

Suasana berkabut saat itu tiba-tiba berubah. Hujan turun dengan derasnya dari langit. Air yang tercurah itu memaksa kami untuk menempel lebih rapat ke dinding agar tak terkena percikan. Ditunggu-tunggu, hujan deras itu tak kunjung reda. Mataku pun mulai mengantuk terbuai hawa sejuk.

gunung rinjani
Pos 2/Eka Apriyanto

Aku bangun jam setengah empat sore. Hujan hanya tadi deras sekarang sudah reda. Saatnya kembali melanjutkan perjalanan.

Medan yang kami hadapi mulai terjal, berbatu, dan berliku. Hari mulai gelap. Langkah kaki pun dipercepat untuk mencapai Pos 3, sebelum hari benar-benar gelap. Meski dengan langkah cepat, aku mesti tetap hati-hati supaya tidak terjatuh.

Tiba di Pos 3 kami langsung mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Tanpa komando, kami mulai bagi tugas. Sebagian mempersiapkan tenda, sebagian lagi menyiapkan makan malam. Malam itu kami akan bermalam di Pos 3 untuk mengembalikan kondisi fisik yang terkuras oleh perjalanan panjang.

Cuaca malam itu bersahabat. Bulan dikelilingi gemintang. Melihatnya, lelah akibat perjalan seharian tadi terasa terbayarkan. Malam yang dingin itu jadi hangat karena kami makan malam dengan menu ala mapala. Rasanya hotel berbintang sekali pun takkan bisa mengalahkan pengalaman berkemah malam itu.

Bermalam di Pos 3 Jalur Sembalun Gunung Rinjani 

Kami berempat memilih memanjakan raga malam itu di dalam tenda. Sementara, di luar sana masih terlihat pendaki yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan meskipun sudah larut malam.

Malam itu kami habiskan dengan bercerita dan bersenda gurau, entah membicarakan hal penting atau hanya saling lempar cerita pepesan kosong untuk saling mengenal satu sama lain.

gunung rinjani
Sabana di Jalur Sembalun/Eka Apriyanto

Secangkir kopi menjadi saksi bisu kisah kami malam itu hingga masing-masing dari kami merebahkan badan di atas matras pengganti kasur. Hingar bingar suara pendaki lain yang masih terjaga sedikit mengusik ketenangan tidur malam ini.

Kamis berganti Jumat, 5 Mei 2016. Bulan yang sepanjang malam tadi menemani kami sudah berganti tugas jaga dengan sang matahari. Meski kantuk masih mendera, perjalanan hari kedua masih harus dilanjutkan demi menggapai puncak Gunung Rinjani.

Saat itu sudah jam sembilan pagi. Kami bergegas mengemasi peralatan. Setelah semua barang yang kami bawa masuk ke dalam ransel, kami menyisakan sedikit makanan ringan sebagai bekal sekaligus sarapan dalam perjalanan. Tak lupa kami melaksanakan ritual wajib untuk berdoa sebelum melanjutkan perjalanan.

Ketika perjalanan hari kedua dimulai, aku kembali teringat dengan kutipan novel 5cm yang cukup terkenal itu: “Saat ini yang dibutuhkan hanya kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari biasanya, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa.”

Kutipan itu ternyata tak hanya sesuai untuk menggapai Mahameru, namun juga cocok untuk perjalanan kami menuju puncak Gunung Rinjani.

Menuju Plawangan Sembalun 

Medan perjalanan mulai terasa berat di hari kedua. Jalan setapak berpasir dan berbatu sedikit menghambat perjalanan—terjal pula! Sementara, di kejauhan yang terlihat hanya gugusan perbukitan. Puncak Gunung Rinjani belum juga kelihatan.

Tujuan kami hari itu adalah Pos Plawangan, yang dari sana puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak tampak dengan jelas. Untuk mencapai Plawangan, aku harus melewati bukit yang dikenal sebagai Tujuh Bukit Penyesalan. Meskipun namanya sedikit menyeramkan, bukit itu tetap harus ditempuh. Bagaimana melewati tujuh? Satu saja sudah menguras tenaga.

gunung rinjani
Danau Segara Anak/Eka Apriyanto

Rasa penasaran pun menghantuiku. Seberapa lama perjalanan yang harus ditempuh untuk melalui bukit-bukit itu? Beberapa kali aku mencoba bertanya kepada pendaki lain yang sedang dalam perjalanan turun. Namun, jawaban dari mereka seperti membebani secara psikologis—sebaiknya tak usah dihiraukan.

Lima jam berlalu. Akhirnya kami tiba di Pos Plawangan saat hari sudah beranjak sore. Perut mulai menagih asupan gizi. Kami pun segera mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Dibanding pos-pos sebelumnya, Pos Plawangan terletak di posisi yang jauh lebih tinggi, terbuka, dan hanya punya beberapa rumpun pepohonan. Alhasil, tempat ini diterpa tiupan angin yang lebih kencang.

Malam ini kami putuskan untuk beristirahat lebih awal dari malam sebelumnya. Rencananya, esok dini hari kami akan melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari tempat kami mendirikan tenda, setidaknya masih perlu waktu lima jam untuk mencapai puncak. Memaksimalkan waktu istirahat untuk menjaga kondisi fisik adalah hal terpenting dari setiap kegiatan apa pun, apalagi mendaki gunung.

Menuju titik tertinggi Gunung Rinjani 

Sabtu dini hari, 6 Mei 2016, tepat jam dua dini hari kami memulai perjalanan menuju puncak. Harapannya, kami bisa tiba di Puncak Anjani sekitar jam tujuh pagi.

Kondisi jalur yang sempit saat itu sudah mulai ramai ketika kami memulai perjalanan menuju puncak. Trek berpasir dan berdebu sedikit menghambat perjalanan, juga antrean pendaki lain yang punya tujuan sama, yakni menuju puncak.

gunung rinjani
Jalan menuju puncak/Eka Apriyanto

Akhirnya, sesuai dengan rencana, kami berhasil tiba di puncak Gunung Rinjani tepat pukul tujuh pagi. Suasana di puncak ketika kami sampai laksana pasar yang penuh dengan keriuhan dan keramaian.

Sungguh indah pemandangan yang disuguhkan: Segara Anak dan Gunung Barujari (anak Gunung Rinjani) terlihat jelas dari atas puncak. Syukur, hanya itu yang bisa diucapkan karena untuk mencapai puncak ini butuh perjuangan yang tidak mudah. Ini adalah balasan dari kerja keras untuk melihat keindahan yang Dia ciptakan.

Di antara pendaki yang berada di Puncak Anjani pagi itu, ada yang terlihat asyik berfoto ria sambil memegang secarik kertas bertuliskan ucapan entah apa—tren yang sedang mewabah saat ini. Yang menjengkelkan adalah usai berfoto kertas-kertas itu mereka tinggalkan begitu saja sehingga berserakan di mana-mana. Mengganggu pemandangan.

Sejenak batinku tertegun melihat tingkah polah pendaki yang seperti itu. Miris memikirkan bahwa tujuan akhir dari mendaki seolah-olah hanyalah pamer diri di media sosial tanpa peduli keadaan sekitar.

Kembali ke “Base Camp” Sembalun Lawang

Usai mengabadikan gambar sebagai bukti sudah mencapai puncak, sekitar jam sembilan pagi kami pun mulai turun perlahan meninggalkan puncak.

Sesuai kesepakatan semalam, kami akan langsung kembali ke base camp. Mewujudkan impian untuk menyentuh air Danau Segara Anak pun terpaksa harus aku urungkan. Kami harus mengejar waktu.

gunung rinjani
Jalan terjal menuju puncak/Eka Apriyanto

Tepat pukul enam sore, kami tiba kembali di base camp. Jika menggapai puncak memerlukan waktu lebih dari 16 jam, perjalanan turun hanya memakan waktu sekitar 6 jam!

Banyak pengalaman berharga yang terbayar dari perjalananku menuju puncak Gunung Rinjani. Selain menyuguhkanku panorama alam yang indah, perjalanan ini juga mengajarkan arti sebuah perjuangan dalam mencapai tujuan.

Tags: rinjani
Previous Post

Mendaki Tolangi Balease, Gunung Tersulit Sulawesi Selatan

Next Post

Rute Pendakian Gunung Slamet via Penakir

Nur Widya Ningrum

Nur Widya Ningrum

Instagram http://instagram.com/widyaciaaa

Next Post
pendakian gunung slamet via penakir

Rute Pendakian Gunung Slamet via Penakir

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • 625.6k Followers
  • 16.2k Followers
  • 3.4k Subscribers
Plugin Install : Widget Tab Post needs JNews - View Counter to be installed
  • Trending
  • Comments
  • Latest
pendakian gunung kembang via blembem

Rute Pendakian Gunung Kembang via Blembem

Oktober 31, 2020
pendakian lawu

Gagal ke Puncak Lawu, Pulang Membawa Banyak “Cerita”

Februari 8, 2019
gunung kencana

Ditemani “Mereka” saat Pendakian Gunung Kencana

Februari 6, 2019
tumbuhan yang bisa dimakan di gunung dan hutan

Inilah 7 Tumbuhan yang Bisa Dimakan di Gunung dan Hutan

Juli 27, 2018
pendakian gunung kembang via blembem

Rute Pendakian Gunung Kembang via Blembem

111
gunung kencana

Ditemani “Mereka” saat Pendakian Gunung Kencana

44
tolangi

Mendaki Tolangi Balease, Gunung Tersulit Sulawesi Selatan

18
puncak gunung padang

“Solo Traveling” Menuju Puncak Gunung Padang

15
Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

Oktober 25, 2020
kebersihan pendakian

Kebersihan Pendakian

Maret 22, 2020
Puncak Gunung Bismo Jalur Sikunang. Foto Tri Umami (@uucil_)

Sikunang, Jalur Tercepat dan Termudah Gunung Bismo

Maret 6, 2022
puncak gunung arjuno

Mendaki Gunung Arjuno via Lawang

Januari 2, 2020

Cerita Populer

Plugin Install : Popular Post Widget need JNews - View Counter to be installed
Jelajah Pendaki Indonesia

Berita Terkini

Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

Bukit Sipandu via Jalur Pawuhan

Oktober 25, 2020
kebersihan pendakian

Kebersihan Pendakian

Maret 22, 2020

Pejalan Network

  • TelusuRI
  • Sahabat Ransel
  • Landscape Indonesia
  • Makanya Diving
  • Tentang
  • Kirim Artikel

© Copyright Pendaki Indonesia 2022

No Result
View All Result

© Copyright Pendaki Indonesia 2022

 

Memuat Komentar...